Kendalikan Hasrat Belanja


Perempuan kebanyakan adalah kelompok yang paling tidak tahan dengan belanja.  Setiap melihat etalase, hasrat untuk memborong barang langsung muncul.

TENTU saja tidak semua perempuan demikian dan hasrat belanja tidak melulu milik kaum perempuan. Banyak pula perempuan yang mampu mengendalikan nafsu belanja mereka dengan cara yang bijaksana. 

Banyak memang cara yang bisa ditempuh, namun godaan selalu saja muncul. Entah itu dari penerbit kartu kredit yang memberikan kemudahan berbelanja, atau juga karena banyaknya program belanja cicilan tetap yang menggiurkan. Belum lagi, perusahaan kartu kredit yang tiada henti menawarkan pinjaman tunai. 

Kemudahan mendapatkan uang itu menjadikan kesempatan untuk berbelanja semakin mudah. Dan, tentu itu tidaklah bijaksana. Mengeluarkan uang tetap harus terkendali jika tidak ingin anggaran rumah tangga jebol, alias besar pasak dari pada tiang. 

Mengatur keuangan rumah tangga adalah jalan satu-satunya untuk mengendalikan hasrat belanja. Persoalannya, bagaimana caranya? Mudahkah dilakukan? 

Teorinya memang mudah. Namun, pada praktiknya, tidak selalu demikian. Sebab, selalu saja ada jalan untuk menyiasati anggaran itu. Tapi, selama kita disiplin, mengendalikan anggaran bukanlah pekerjaan sulit.
Paling tidak, ada tiga hal yang menjadi kunci dala pengendalian itu. Pertama, memiliki sistem. Yakni, menggunakan pemasukan rutin untuk membayar pengeluaran rutin dan diharapkan pengeluaran ini jangan lebih besar dari pemasukan. Misalnya, belanja harian, biaya sekolah, membayar arisan, membayar listrik, membayar telepon, dan lain-lain. 

Sedangkan pengeluaran tidak rutin di antaranya kado, sakit, saudara datang, dan sebagainya. Pengeluaran tidak rutin itu menggunakan tabungan. Kalaupun tidak punya tabungan, usahakan setiap bulan ada uang yang belanja yang ditabung meskipun hanya sedikit. 
Kedua, memilih investasi yang tepat. Seperti deposito, obligasi, saham, valuta asing, dan lain-lain. Ketiga, mengatur pengeluaran. Yakni, kurangi sifat boros. **

Kiat Menata Keuangan
1.       Beli dan miliki sebanyak mungkin harta produktif. Yakni harta memberikan penghasilan pasif bagi kita. Artinya, meskipun Anda bukanlah seorang pengusaha, Anda harus belajar untuk menjadikan harta Anda sebagai aset yang bekerja untuk Anda. 

2.       Atur pos pengeluaran. Catat seluruh pos pengeluaran. Bedakan dan kualifikasikan pos pengeluaran menjadi biaya hidup, cicilan utang dan premi asuransi (jika punya). Urutan yang harus dipenuhi terlebih dahulu adalah cicilan utang, premi asuransi, baru biaya hidup.
3.       Hati-hati dengan utang. Utang harus dilakukan secara hati-hati dan penuh dengan pertimbangan dan perhitungan. 

4.       Sisihkan pos pengeluaran masa depan. Yakni, pos untuk pendidikan anak, pensiun, properti (rumah), bisnis, liburan dan perjalanan ibadah.

5.       Miliki proteksi, misalnya asuransi. 

** Disarikan dari buku “Siapa Bilang Jadi Karyawan Nggak Bisa Kaya?” karya Safir Senduk.