Salah satu praktik yang biasa dilakukan masyarakat terkait dengan kelahiran bayi ialah
memotong rambut mereka. Memotong rambut bahkan menjadi semacam ritual. Mereka melakukannya dengan berbagai alasan, seperti agar bayi bersih dan sehat, membuang sial,
supaya rambut bayi nantinya tumbuh subur. Bagaimana kebiasaan mencukur rambut bayi itu dari aspek medis? Untuk mengetahui hal itu, SBH mewawancarai Dr.Yuni Kurnia, SpA dari RS Meilia Cibubur, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Berikut petikannya:
Terkait dengan kebiasaan mencukur rambut bayi, di kalangan masyarakat kita ada anggapan bahwa rambut bayi sebaiknya digunduli agar kelak tumbuh lebat. Benarkah?
Hal itu tidak benar. Itu masih menjadi mitos yang dipercaya sebagian masyarakat.
Maksudnya...?
Pertumbuhan rambut pada bayi dan anak dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor-faktor luar. Faktor genetik tak hanya sebatas ayah-ibu tetapi juga bisa dari kakek-nenek. Dari sisi medis, tidak ada hubungannya mencukur rambut dengan rambut tebal. Kalau memang dari genetiknya jenis rambutnya tipis, mau dicukur berapa kali pun, keluarnya akan tetap tipis juga. Selain tebal-tipis rambut, warna rambut pun sudah ditentukan secara genetik.
Bisa Anda jelaskan lebih rinci dari aspek ilmiah atau medis?
Folikel (selubung akar rambut) terbentuk sejak anak berada dalam kandungan dan terus berkembang hingga lahir. Rambut bayi yang baru lahir adalah rambut sementara yang disebut velus. Rambut velus biasanya sangat halus dan lebih tipis daripada rambut tetap. Rambut sementara ini akan rontok dengan sendirinya sebelum anak berusia setahun, kemudian digantikan dengan rambut tetap (permanen).
Anda mengatakan selain faktor genetik, ada faktor eksternal yang mempengaruhi kelebatan dan kesehatan rambut anak. Apa itu?
Faktor dari luar yang mempengaruhi antara lain faktor gizi, hormon, penyakit, perawatan, dan habit atau kebiasaan. Anak kurang gizi, misalnya, tekstur rambutnya pasti akan terpengaruh. Warna rambut menjadi merah, lebih kering, lebih mudah patah, tipis, dan mudah rontok. Salah satu hormon yg mempengaruhi rambut adalah hormon androgen. Sering ada bayi yang rambutnya sangat lebat saat lahir. Bisa saja itu karena pengaruh hormon androgen ibunya. Pada usia ini bayi kan belum bisa memproduksi hormon androgen. Seiring bertambahnya usia, lama-lama efek androgen yang terbawa dari ibunya hilang. Sehingga rambut pun rontok, berganti dengan rambut aslinya yang mungkin lebih tipis. Faktor lingkungan juga sangat berperan. Paparan sinar matahari atau polusi, juga akan mempengaruhi tekstur rambut. Begitu pula penyakit, semisal seboroik (ketombe), yang sering terjadi pada bayi atau anak. Perawatan juga ikut mempengaruhi tekstur rambut.
Terkait dengan parwatan rambut bayi, shampo dengan kandungan seperti apa yang sebaiknya digunakan?
Dalam memilih shampo, yang terpenting bukanlah soal harga mahal atau murah, melainkan cocok-tidak untuk bayi Anda. Bila dalam riwayat keluarga ada yang alergi, kemungkinan bayi terkena alergi lebih mudah, karena alergi adalah faktor yang diturunkan. Saat ini telah tersedia shampo hypo alergenic, biasanya sudah relatif aman sehingga tak menimbulkan alergi. Namun bila di dalam keluarga ada faktor keturunan alergi, pada bayi/ anak tertentu bisa saja tetap timbul reaksi (meski pakai shampo hypo alergenic). Untuk mengetahuinya, satu-satunya jalan adalah mencoba memakaikannya pada si kecil. Bila ada reaksi setelah pemakaian, sebaiknya langsung dihentikan. Sebaliknya ada juga bayi yang memakai produk apa pun tak jadi masalah. Jadi, pemilihan jenis shampo dan kapan mengganti dengan produk shampo lain biasa disesuaikan dengan masing-masing bayi