Mengendus Kapasitas Otak dengan Sidik Jari

TUHAN menunjukkan kekuasaan dan kebesaran-Nya dengan begitu unik. Pada tubuh manusia, misalnya, Tuhan Sang Maha Pencipta 'mencetak' sidik jari dalam kondisi sangat unik dan berbeda satu sama lain. S

Setiap manusia, termasuk yang terlahir kembar identik sekalipun, memiliki pola sidik jari yang unik dan khas. Dari miliaran manusia yang terlahir dan pernah mendiami planet bumi ini, tidak satu pun punya pola sidik jari sama. Karena itu, para ahli menggunakan guratan di ujung jari itu sebagai tanda pengenal paling valid yang membedakan seseorang dengan lainnya. Caranya, pola sidik jari itu diberi kode layaknya sistem kode garis (barcode) yang biasa digunakan untuk menandai suatu produk.

Sidik jari biasanya dipergunakan untuk data pribadi atau perorangan dalam pembuatan surat-surat identitas, seperti kartu tanda penduduk (KTP), surat izin mengemudi (SIM), dan paspor. Adapun polisi menggunakan sidik jari untuk mengungkap identitas korban kejahatan yang tidak dikenal dan menelusuri pelaku kejahatan yang masih misterius.

Tes Dermatoglyphics pada 1823, para ilmuwan menemukan relevansi sidik jari dengan multiple intelligence dalam manusia. Sejak itu, berkembanglah penerapan metode dermatoglyphics, ilmu tentang sidik jari. Barat menggunakan dermatoglyphics untuk bidang kedokteran dan kriminologi, sedangkan Timur menggunakannya untuk bidang pendidikan dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia.

Hasil penelitian medis menunjukkan pembentukan sidik jari dimulai pada pekan ke-13 tahap pembentukan janin dan selesai pada pekan ke-19 usia kehamilan. Perkembangan sidik jari dan otak di dalam rahim ibu memiliki kaitan langsung. Setiap jari mewakili bagian tertentu dari otak kita. Misalnya: index = post-frontal (berpikir), tengah = parietalis (gerakan).


Leonardus Eko Widjajanto, Executive Director dan COO Brain Child Learning (BCL) Indonesia menjelaskan para ahli dermatoglyphics dan neuro-anatomi (kedokteran anatomi tubuh) menemukan fakta bahwa pola sidik jari bersifat genetis. Pola guratan-guratan kulit pada sidik jari yang dikenal sebagai garis epidermal, memiliki korelasi dengan sistem hormon pertumbuhan pada sel otak. Dia menegaskan tes dermatoglyphics memberikan akurasi hingga 95 persen untuk menilai karakteristik dan potensi otak seseorang. Hasil tes dermatoglyphics menjadi panduan penting bagi orang tua dan guru untuk pengembangan dan pembimbingan anak ke arah tepat sesuai dengan kekuatan bawaan mereka.


Sementara itu, Jason Theo dari BCL pusat di Singapura, mengatakan metode tes sidik jari BCL dikembangkan oleh Prof Roger Liem dari Taiwan. Prof Liem membawa hasil penelitiannya di Havard University dan diperkenalkan di Taiwan dan Singapura. Dia mematenkan metode tes dermatoglyphics MyDNA di Amerika Serikat.


Dia menjelaskan, ada empat jenis sidik jari. Pertama, whorl (W). Anak bersidik jari jenis ini punya sifat ingin tahu, puas dengan alasan, ketika setuju dan percaya akan melakukan sedikit atau setahap pekerjaan saja, berorientasi pada tujuan, keras kepala, dan cenderung menciptakan sistem sendiri.


Kedua, ulnar loop (U). Mereka yang masuk kategori jenis ini memiliki sifat sangat patuh dan peka, pandai menyalin atau meniru, mudah dipengaruhi lingkungan, cepat akrab, ramah, kooperatif, dan cenderung taat sistem.


Ketiga, radial loop (R). Pemilik sidik jari jenis ini cenderung memiliki pola pemikiran yang terbalik, model pemikiran yang tidak umum, menggunakan salah satu kepentingan sebagai pedoman ketika melakukan pekerjaan (bukan semata-mata logis atau alasan praktis), sangat setia kepada teman, cara mengekspresikan diri lebih unik dan sulit mengungkapkan cinta dalam hatinya.


Keempat, arch (A). Orang yang punya sidik jari jenis ini dikenal sebagai genius print, yang memiliki potensi petidak terbatas. Mereka mempelajari sesuatu sampai paham betul. Namun, mereka lebih terpengaruh emosi, lebih konservatif, tidak menyukai perubahan, dan protektif.


Leonardus memaparkan tes sidik jari juga bisa mendeteksi cara anak memahami sesuatu. Ada anak yang bisa cepat menangkap pelajaran sembari banyak bergerak atau kinestetik. Lalu ada anak yang gampang belajar dengan mendengar atau auditory. Ada pula anak yang mudah memahami suatu materi dengan visual atau melalui gambar.


Guru Besar Psikologi Universitas Indonesia Lydia Freyani mengatakan, sidik jari ini bukan hanya dilakukan untuk melihat bakat dan kecerdasan anak saja, tetapi juga bisa digunakan untuk orang dewasa untuk melihat bakat dan karier yang cocok untuk mereka. “Kita dengan cepat dapat mengetahui bakat dan kecerdasan yang dimiliki anak kita. Tingkat kecerdasan anak dapat diketahui lebih cepat dari sidik jarinya,” kata Profesor Lydia.