Dengan kasih dan kuasaNya, Tuhan menganugerahkan kaum ibu organ menyusu yang produknya tiada berbanding apalagi tergantikan dengan susu formula buatan perusahaan mana pun di dunia.
ASI mengandung gizi komplit yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang, termasuk untukpembentukan sistem kekebalan tubuh, bayi. Itulah mengapa para pakar, bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusif kepada bayi hingga usia enam bulan. ASI eksklusif sudah cukup memasok kebutuhan bayi 0-6 bulan.
Lalu, setelah melewati usia enam bulan, cukupkah bayi hanya mengonsumsi ASI? Setelah berusia enam bulan, bayi memerlukan makanan tambahan berupa MPASI. Pemberian MPASI menjadi proses transisi dari asupan menu susu (ASI) menuju makanan semi padat. Sesuai namanya, MPASI bukan pengganti ASI melainkan hanya sebagai pendamping.
MPASI perlu diberikan karena seiring bertambahnya umur bayi, naik pula kebutuhan gizinya. Di usia enam bulan ke atas, beberapa elemen nutrisi, seperti karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral yang terkandung dalam ASI eksklusif sudah tidak mencukupi lagi bagi sang bayi. Pemberian MPASI pun penting guna menyempurnakan pertumbuhan fisik dan kecerdasan.
Namun ingat, pemberian MPASI harus dilakukan secara bertahap, baik dalam bentuk tekstur, kualitas, maupun kuantitas. Harus disesuaikan dengan kemampuan pencernaan anak. Jika berlebihan, akan membuat anak menderita. Hati-hati, salah memberi pengenalan MPASI menimbulkan gangguan sembelit atau kembung.
Jika bayi menolak (misalnya de¬ngan memuntahkan makanan), jangan dipaksa. Coba dulu cari alternatif makanan pendamping lain. Kekentalan makanan juga harus disesuaikan dengan kesiapan si bayi. Ada bagusnya, untuk masa-masa awal, bayi diberi makanan semi padat. Makanan padat diberikan setelah gigi tumbuh.
Menu Laut
Anna Y Mansyur dokter anak dari RS Bella, Bekasi, Jawa Barat menerangkan, jika bayi tidak mendapatkan ASI eksklusif, sejak empat bulan ia sudah bisa diberikan MPASI. Namun jika menerima ASI eksklusif, MPASI baru bisa dikenalkan saat berusia enam bulan. “Untuk anak umur 6 - 9 bulan, MPASI yang diberikan baiknya buah dan sayuran (yang bisa dibuat dalam bentuk jus). Buah apa saja bagus, asal ja¬ngan durian. Lalu ditambahkan biskuit dan berikan menu tersebut sehari dua kali,” ujar bu dokter.
Untuk pelengkap, berikan pula nasi tim yang disaring sekali sehari. Di dalamnya boleh diisi wortel, kentang, atau tomat. Anna menyarankan, kalau mau ditambah ati, baiknya diungkep dulu. Nanti setelah si kecil mau makan, atinya baru digoreng. Hal ini untuk menghindari anak menolak makan, karena nasi tim yang langsung dicampur ati, biasanya amis. Di usia ini, tekstur makanan bayi sebaiknya cair dan lembut, misalnya bubur susu atau bubur sayuran yang dihaluskan. “Menginjak usia sembilan bulan hingga satu tahun, bayi sudah mulai dialihkan ke makanan padat yang tetap bertekstur lunak, seperti nasi tim yang sudah tak disaring,” tambah Anna.
Setelah itu, pada usia 1–2 tahun, bayi sudah bisa diperkenalkan pada makanan orang dewasa. Namun tetap hindari makanan yang dapat mengganggu pencernaan anak, seperti makanan pedas, asam, atau berlemak. Kalau belum mau makan nasi, ganti dengan pilihan menu karbohidrat lain, seperti jagung atau kentang.
MPASI sendiri bermacam-macam bentuknya. Tak melulu sayur dan buah. Ahli gizi dari Universitas Illinois, Amerika Serikat, Susan Brewer, mereko¬mendasikan agar bayi sudah mulai mendapat asupan ikan.
Alasannya, karena anak kecil memerlukan asam lemak omega 3 yang baik untuk pengembangan otak, saraf, dan mata. “Ketika bayi beralih dari susu ke makanan padat, kebanyakan dari mereka tidak mendapat omega 3 yang cukup,” ujarnya.