SEKITAR 50% bayi baru lahir biasanya mengalami masalah kuning karena peningkatan kadar bilirubin. Seiring pertambahan hari setelah dilahirkan, kondisi bayi akan kembali normal sejalan dengan perkembangan fungsi hati yang kian sempurna.
Meski demikian, kuning pada bayi tetap perlu diwaspadai. Dr Naomi Esthernita Dewanto Sp A(K) menyarankan agar orangtua melakukan kontrol sesuai dengan anjuran dokter. Sebab, meski umumnya tidak berbahaya, namun pada kasus tertentu kuning pada bayi bisa menyebabkan kejang, kerusakan syaraf, bahkan dapat berakibat fatal.
Penyebab Kuning
Bilirubin menjadi penyebab bayi kuning (ikterus). Saat bayi lahir, perkembangan hati belum sempurna, hingga menyebabkan kuning. Itu sebabnya lebih banyak dialami bayi yang lahir secara prematur.Bagaimana Bunda bisa mengetahui kadar bilirubin dan bahaya kuning yang dialami buah hati?
Satu-satunya cara memastikan ialah melalui tes yang biasanya menurut Dr Naomi dilakukan pada hari ketiga dan kemudian dipantau sesuai dengan kondisi bayi. “Berapa ukuran bilirubin yang memerlukan terapi sinar tergantung pada berat badan bayi dan hari keberapa terjadi,” papar doker yang berpraktek di RS Siloam, Kebun Jeruk, Jakarta ini.
FisiologisSecara garis besar, penyebab kuning pada bayi bisa dibedakan dengan istilah fisiologis dan patologis Fisiologis terjadi karena fungsi hati baru lahir belum sempurna, sehingga saat HB yang pecah menjadi bilirubin belum bisa terbuang sempurna.
Kuning yang disebabkan faktor fisiologis normal terjadi. Biasanya setelah berusia 7 hingga 10 hari, kadar bilirubin pada bayi akan kembali normal. Anjuran menjemur di bawah sinar matahari merupakan tindakan mantainance yang bisa mempercepat kenormalan bilirubin tetapi bukan untuk terapi “Memberi minum ASI dengan jumlah cukup juga akan membantu proses normalnya kadar bilirubin. Jika pada hari ke 7-10 belum juga turun bahkan terus naik, maka harus dicari kemungkinan penyebab lain. Itu sebabnya, sangat penting melakukan kontrol rutin seperti yang dianjurkan dokter,” jelas Dr Naomi.
Patologis
Selain faktor fisiologis, kuning pada bayi juga bisa disebabkan faktor patologis. Yang masuk kategori ini, antara lain terjadi karena ketidak cocokan golongan darah ibu dan bayi, kelainan rhesus, gangguan hati (hepatitis), rubela, defisiensi ensim G6 PD, ada kista, dan masih banyak lagi.
Khusus untuk hepatitis, rubella, toksoplasma dan sejenisnya, bisa dicegah dan dihindari sejak bayi dalam kandungan. Pemeriksaan laboratorium sebelum dan saat kehamilan seperti yang dianjurkan dokter akan membantu penanganan lebih awal.
Bagaimana jika tetap tidak terhindarkan saat bayi dilahirkan? Jika penyebab kuning pada bayi adalah faktor patologis, maka terang Naomi, dokter akan mengambil tindakan lebih serius, karena penyinaran saja tidak akan membuahkan hasil. Salah satu tindakan berat yang mungkin diambil adalah transfusi tukar darah. “Ini sangat jarang dilakukan. Yang perlu diedukasi dan dipahami, adalah semua tindakan mengandung risiko. Namun, pada dasarnya dokter melakukan itu untuk menyelamatkan buah hati dari kerusakan lebih lanjut yang mungkin ditimbulkan. Dalam kasus ini, tentunya terkait tingginya bilirubin.”
Adakah penyebab lain dari bayi kuning, misalnya dampak penggunaan jamu, obat herbal, dll? Dr Naomi menegaskan, belum ada penelitian ilmiah yang dilakukan untuk bisa membuktikan hal tersebut. “Jadi saya tidak bisa menjawab ya atau tidak, karena memang belum pernah ada penelitian yang dilakukan, meskipun menurut pengalaman beberapa kasus bilirubin yang sangat tinggi didapati pada bayi yang ibunya minum obat di luar resep dokter” ujarnya. Nah Bunda, yuk kita waspadai kemungkinan kuning pada buah hati. Jangan abaikan kontrol rutin seperti yang dianjurkan dokter!
Catatan kecil
1. Kuning pada bayi adalah hal yang biasa. Meski demikian, kontrol rutin dan pengecekan bilirubin harus dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
2. Berbahaya atau tidaknya kadar bilirubin baru bisa diketahui setelah melakukan tes. Garis batas normal kadar bilirubin juga sangat bervariasi, tergantung berat badan dan usia bayi.
3. Ibu sebaiknya waspada pada minggu pertama dan kedua.
4. Selain melakukan kontrol sesuai anjuran dokter, Bunda bisa melakukan evaluasi awal. Perhatikan mata dan kulit bayi, apakah tampak kuning. Perhatikan, apakah kuning, hanya tampak di mata, atau hingga dada, perut atau kaki. Semakin merata ke bawah kuning terlihat, berarti semakin tinggi kadar bilirubin yang diderita. Jangan menunda untuk dibawa ke dokter.
5. Pemberian minum (ASI) yang cukup akan membantu menormalkan bilirubin, jika penyebabnya adalah faktor fisiologis. Patokan cukup minum pada bayi bisa diukur dari kecukupan buang air seni setidaknya 6 sampai 8 kali sehari.
6. Perhatikan juga berat badan bayi. Biasanya minggu pertama akan terjadi penurunan berat badan, tetapi normalnya tidak lebih dari 10%.