Deteksi Alergi dari Helai Rambut

Tahukah Anda tiga helai rambut kepala bisa secara lengkap dan akurat mendeteksi apa saja pemicu alergi Anda?

EUIS Erika, terdeteksi asma pada usia 14 tahun. Jika asmanya datang menyerang, perempuan karier yang kini berusia 34 tahun itu sangat tersiksa, bahkan serasa mau mati. Nafasnya sesak tersengal dan dadanya sesak serasa terhimpit beban sangat berat hingga nyawa seperti mau melayang.

Dia tertolong berkat kesigapan suaminya segera melarikan Euis ke rumah sakit yang kemudian memasangkan masker dan selang oksigen. Selain luar biasa menyiksa, serangan asma membuat Euis sangat keteteran mengejar pelajaran di sekolah. Maklum, dia kerap absen. “Selama ini, asma saya sering kambuh tanpa tahu penyebabnya. Sampai usia 30 tahun, saya baru tahu ternyata saya alergi debu rumah, kapuk, dan tungau,“ ungkap Euis. 


Kasus Euis itu menunjukkan betapa alergi tidak bisa dianggap enteng. Penderita alergi biasanya dilanda ketakutan berlebihan dan was-was menghadapi makanan dan minuman sampai harus banyak pantangan. Misalnya, tidak makan segala jenis daging atau ikan, meski sebenarnya dia alergi pada jenis ikan atau daging tertentu. 

Sejauh ini, obat paling mujarab mengatasi alergi ialah menghindari pemicunya. Penyebab atau pemicu alergi terbesar ialah makanan dan minuman, baik nabati maupun hewani. Kemajuan teknologi memungkinkan pendeteksian secara akurat pemicu alergi masing-masing individu. 

Tahukah Anda tiga helai rambut kepala bisa secara lengkap dan akurat mendeteksi apa saja pemicu alergi Anda? MyDNA Allergic, misalnya, menawarkan tes DNA dari tiga helai rambut yang mampu mendeteksi 241 jenis makanan, minuman, benda, dan lingkungan yang cocok bagi putra-putri Anda. “Tes dilakukan tanpa rasa sakit seperti tes laboratorium pada umumnya. Tes MyDNA Allergic cukup menggunakan tiga helai rambut untuk mendeteksi 241 makanan, minuman, tumbuhan, hewan, dan pengaruh lingkungan yang menyebabkan alergi,” CEO Brain Child Learning (BCL) Indonesia Nicolaus Iskandar kepada SBH. 

BCL Indonesia kini menghadirkan MYDNA Allergic setelah sebelumnya memperkenalkan teknologi MyDNA untuk mendeteksi potensi atau bakat bawaan anak sejak lahir melalui tes sidik jari. Tes MYDNA Allergic mampu mendeteksi pemicu alergi dari makanan (termasuk susu, daging, ikan, sayuran); hewan (peliharaan, serangga, bulu yang terpapar di mantel, tungau, jenis fungus, dan bakteri); yang dimasukkan ke dalam tubuh kita sebagai obat, seperti penicilin), tumbuhan (seperti kapuk, pinus), rumput; pollen (yang kerap membicu bersin dan asma kumat); logam (yang dipergunakan untuk perhiasan, ponsel, juga alat rumah tangga); dan lingkungan (misalnya, radiasi HP, sinar X, hawa panas atau dingin). Nicolaus menyatakan tes MyDNA Allergic itu satu-satunya di Indonesia dan pertama kali diperkenalkan BCL.