Memandu Bakat Secara Tepat dengan My DNA
DERMATOGLYPHICS atau ilmu tentang sidik jari kini makin banyak diakui keandalannya untuk membantu anak meraih masa depan gemilang. Bakat dan kemampuan bawaan anak bisa “terbaca” dari pemetaan pola sidik jari mereka selagi masih anak-anak.
Sidik jari pada setiap orang unik dan tidak ada satu pun manusia yang punya pola sidik jari sama.Para ahli dermatoglyphics menemukan bahwa pembentukan sidik jari dan otak berlangsung paralel dan terkait ketika usia janin memasuki pekan ke-19.
Temuan itu memungkinkan penggunaan sidik jari atau cap jari tidak hanya untuk identifikasi jati diri seseorang. Sidik jari juga untuk memetakan karakter, bakat, dan kemampuan bawaan anak yang memungkinkan pendeteksian secara dini kemampuan bawaan itu dengan akurasi 95 persen. Pemetaan akurat itu memungkinkan para orang secara tepat menyiapkan dan mengarahkan anak masa depan.
Untuk mengetahui seluk beluk teknologi sidik jari dan hubungannya dengan otak manusia, SBH mewawancarai Prof Roger Lin, penemu dan pemegang hak paten metode dan teknologi analisis sidik jari dan penerapannya untuk pengembangan bakat dan kemampuan anak. Wawancara dilakukan di sela-sela kunjungan profesor dematoglyphics asal Taiwan itu ke Jakarta
akhir Oktober silam.
Bisa diceritakan tujuan Anda datang ke Indonesia?
Yang utama, untuk menegaskan bahwa di Indonesia, penerapan metode dan teknologi Dermatoglyphics temuan saya oleh Brain Child Learning (BCL). Lembaga tersebut menggunakan teknologi Dermatoglyphics MyDNA, terbaru yang telah saya patenkan di Amerika Serikat. Tujuan kedua, mempromosikan saat ini telah muncul MyDNA versi terbaru bahasa Indonesia.
Bisa diceritakan tujuan awal menciptakan alat ini?
Selama ini, banyak orang tua keliru membaca bakat anaknya. Seorang bocah yang hebat di bidang musik, malah dimasukkan sekolah teknik. Kekeliruan semacam itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika si anak melakukan tes MyDNA. Dari situ langsung ketahuan inborn talent yang ia miliki. Untuk tujuan itulah alat ini lahir.
Bagaimana tahapan mengarahkan potensi anak di BCL?
Yang pertama, bakat anak ditemukan via dermatoglyphics test melalui pengambilan dan analisis sidik jari sepuluh jari tangan kiri dan kanan. Setelah potensinya diketahui, masuk tahap dua, peningkatan kemampuan. Lalu ditutup tahap penguatan potensi.
Bagaimana respons masyarakat dunia terhadap metode ini?
Amat bagus. Selain berkembang di Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Australia, dermatoglyphics juga diapresiasi di Inggris. Itu tidak mengagetkan karena orang Barat memang menyukai sesuatu yang didasarkan pada penelitian ilmiah.
Selain BCL, bermunculan lembaga lain yang menerapkan sistem analisis sidik jari dalam pengembangan potensi anak. Komentar Anda?
Di tahun-tahun awal saya membuat teknologi Dermatoglyphics, yakni saat saya merilis software versi satu sampai empat, banyak institusi pendidikan yang tertarik menggunakannya untuk mengetahui potensi anak didik mereka. Sehingga mereka membeli hak guna teknologi tersebut. Jadi, lembaga dermatoglyphics lain menggunakan software
versi lama, karena yang terbaru dan digunakan BCL adalah versi 6.
Apakah artinya versi lama tidak bagus?
Oh tidak, saya tidak katakan begitu. Namun tingkat akurasi versi baru lebih baik, 95 persen. Dan dengan software versi 6, komputer bisa membuat hasil laporan pemindaian sidik jari kurang dari 15 menit. (RA)